Saat yang tepat untuk berganti rezim
Gambar tuntutan demonstran turunkan SBY |
Tolak kenaikan harga BBM!! Itulah yang mungkin banyak disuarakan para demonstran akhir-akhir ini. Tetapi disela-sela tuntutan untuk menolak kenaikan harga BBM, saya melihat di media televisi ada beberapa spanduk yang dibentangkan oleh demonstran yang menyerukan agar Presiden SBY untuk segera turun dari jabatannya. Ya lumayan terkejut juga saya, karena fokus utama yang awalnya untuk menolak kenaikan harga BBM tiba-tiba diselipkan tuntutan untuk menurunkan Presiden SBY. Jadi terkesan bahwa apa yang dituntutkan itu tidak konsisten. Sekedar berbagi pendapat saja, dari sejarah yang ada di negeri ini terdapat dua peristiwa penting dalam pergantian kekuasaan. Yang satu bisa dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam proses pergantian kekuasaan, dan yang satu bisa dijadikan referensi bagaimana kegagalan dalam proses pergantian kekuasaan, dan berikut dua kasus yang bisa dijadikan pelajaran dalam proses pergantian kekuasaan.
Kasus I Kemerdekaan Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia |
Jadi bagi yang sudah lupa pelajaran Sejarah atau ga pernah dan ga mau belajar sejarah karena alesan sejarah itu pelajaran yang ngebosenin, nih saya certain lagi. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, bangsa yang sedang menjajah bangsa kita, yaitu Jepang 2 kotanya diledakan dengan bom atom oleh tentara sekutu, tepatnya di Hiroshima dan Nagasaki. Seketika itu pula Jepang menyerah kepada tentara sekutu. Setelah itu tentunya di wilayah Indonesia sedang terjadi kekosongan kekuasaan. Para pemuda mendesak Bung Karno agar di proklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tetapi karena waktu itu Jepang berjanji untuk memerdekakan bangsa Indonesia, akhirnya Bung Karno menolaknya. Namun para pemuda yang saat itu sangat mendesak sekali Bung Karno untuk segera memprokalmirkan kemerdekaan Indonesia, akhirnya ‘menculik’ Bung Karno ke suatu tempat di Rengkasdengklok, Jawa Barat. Di sana sekali lagi para pemuda kembali mendesak Bung Karno untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dan setelah dipikirkan kembali dalam diskusi alot tersebut, akhirnya Bung Karno bersedia untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dan saat itu juga Bung Karno ditunjuk sebagai Presiden pertama Indonesia dengan didampingi oleh Bung Hatta sebagai wakil Presidennya.
Kasus II Lengsernya Rezim Orde Baru
Kerusuhan Mei 1998 |
Karena peristiwa ini terjadi baru satu dekade lebih, mungkin kita masih ingat bagaimana kejadiannya, jadi saya hanya sedikit mengulasnya kembali. Di awali dengan krisis yang menimpa bangsa Indonesia, berbagai elemen masyarakat turun ke jalan untuk melakukan aksi demo besar-besaran. Mulai dari mahasiswa, buruh, petani, dan elemen masyarakat lainnya. Hingga terjadinya kerusuhan dan penjarahan massal di berbagai penjuru Jakarta dan beberapa kota-kota besar lainnya yang menyebabkan ‘hilangnya’ beberapa orang yang hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya. Dan pada saat itu Presiden Soeharto yang sedang menghadiri konfrensi Internasional di Mesir terpaksa kembali untuk meredakan situasi. Akan tetapi karena desakan berbagai elemen masyarakat akhirnya Presiden Soeharto pun mundur dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia dan seketika itu juga menunjuk Ir. B.J. Habibie sebagai penggantinya. Dan setelah kejadian tersebut sudah 3 kali negara ini berganti rezim, mulai dari Alm. Gus Dur, Megawati, hingga kini SBY.
Lalu apa yang bisa disimpulkan dari 2 kasus di atas? Sudah terbayang? Jika belum, saya jabarkan kesimpulannya. Jadi dari 2 kasus di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengganti suatu rezim atau kekuasaan yang lama dan ingin menggantinya dengan yang baru butuh sekali minimal seorang kandidat yang benar-benar layak dijadikan seorang pemimpin. Dan pemimpin tersebut bukan maju mencalonkan diri sendiri sebagai pemimpin tapi benar-benar murni masyarakat yang memilih. Ambil saja contoh kasus I mengenai kemerdekaan Indonesia. Di sana Bung Karno dan Bung Hatta tidak mencalonkan diri sebagai Presiden dan Wakil Presiden, tetapi dipilih oleh para pemuda saat itu. Dan hampir semua pemuda di seluruh Indonesia saat itu tahu dan setuju jika Bung Karno mempunyai jiwa kepemimpinan yang hebat dan sangat layak menjadi Presiden pertama Republik Indonesia pada saat itu.
Lalu dari contoh kasus II tentang lengsernya rezim orde baru, dapat disimpulkan juga bahwa pada saat itu belum ada pemimpin muda yang benar-benar siap dan layak memimpin negeri ini. Alhasil dalam kurun waktu satu dekade lebih negeri ini telah bergonta-ganti pemimpin beberapa kali. Lalu artinya apa? Hal tersebut berarti bahwa penilaian masyarakatlah yang bisa dijadikan tolak ukur bahwa siapa yang pantas menjadi Pemimpin di negara mereka. Sebagai tambahan juga, sebenarnya ada yang salah juga dalam sistem pemilu (Pemilihan Umum) di negara kita. Yaitu tentang pencalonan kandidat Presiden dan Wakil Presiden, dimana calon-calon tersebut di calonkan oleh Partai Politik bukan oleh rakyat, sehingga ketika pemilu pemilihan Presiden masyarakat akan bingung karena yang dicalonkan bukan seperti keinginan hati nurani mereka atau bisa saja calon-calon Presiden dan Wakil Presiden yang mengikuti pemilu dalam kurun waktu tertentu ya hanya itu-itu saja, karena hanya nama-nama itu yang dicalonkan sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden. Dalam mekanisme pemilu Presiden tersebut juga sangat diragukan sekali kapabilitas calon-calon Presiden dan Wakil Presiden yang maju. Karena meski telah berkecimpung di dalam dunia politik dalam waktu yang cukup lama, bukan berarti mereka memiliki kemampuan yang mumpuni untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa yang majemuk ini. Dan jika sudah seperti itu jumlah pemilih yang memilih untuk ‘golput’ kemungkinan meningkat karena ketiadaan calon pemimpin yang sesuai dengan harapan mereka. Dan hingga kini, kita masih bisa dibilang menemukan figure yang tepat yang layak dijadikan pemimpin di negeri ini.
Sedikitnya calon dan para capres dan cawapres bukan pilihan rakyat, membuat rakyat bingung. |
Bukan berarti saya mendewakan pemimpin-pemimpin di masa lalu, tetapi hanya sebagai bahan sharing saja. Coba lihatlah 2 pemimpin pertama negeri ini, keduanya hampir mempunyai persamaan, yakni sama-sama “Bermental Baja”. Kenapa Presiden Soeharto bisa memimpin negeri ini begitu lama? Karena ia memiliki mental baja dalam menghadapi setiap masalah yang menimpa di negeri ini, ya walaupun ada beberapa cara dalam mempertahankan jabatannya dengan cara-cara yang bisa disebut illegal, tetapi tidak bisa dipungkiri lagi beliau mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang mendera di negeri ini, terutama masalah kelaparan dan kemiskinan yang mendera pada awal-awal dia menjabat senagai Presiden kedua RI. Lalu Bung Karno lebih hebat lagi. Beliau mempunyai mental yang bisa dibilang lebih kuat dari pemimpin yang pernah menjabat di negeri ini. Terutama dalam hal intervensi mengenai wilayah NKRI oleh pihak asing. Ya walaupun dua pemimpin tersebut mempunyai beberapa kesalahan, tetapi ada baiknya kita mengambil hal-hal yang positif dari kedua pemimpin tersebut sebagai pembelajaran buat bangsa ini. Dan perlu digaris bawahi untuk para masyarakat walaupun kita hidup dalam kondisi yang serba sulit tetapi ada baiknya kita tidak gegabah untuk segera melengserkan pemimpin yang saat ini berkuasa, ada baiknya kita satukan nurani kita untuk memilih siapa yang pantas memimpin negeri ini selanjutnya. Sekarang tentukan pilihanmu!
Sumber gambar :
Komentar
Posting Komentar